JIP - Bukan majalah JIP namanya jika tidak kreatif. Buktinya JIP trip tahun ini tidak sama dengan tahun-tahun sebelumnya. Memilih tema JIP Trip Wisata Off-road, JIP Trip yang berlangsung 18-20 September 2015 pesertanya membawa serta keluarganya masing-masing.
Yuri Kusweri, mengajak serta Ema sang istri dan anaknya, Rika mengajak serta kedua buah hatinya, Binsar pun demikian istri dan anak semata wayangnya pun ikut. Malah selama di trek istri tercintanyalah yang mengemudikan Mitsubishi Pajero hitam, yang sekarang sudah berkelir putih.
Ide membuat perjalanan berbeda tercetus saat redaksi JIP sharing dengan Yuri yang gemar camping, singkatnya dari hasil obrolan ringan itu dibuat program perjalanan ringan bersama komunitas. Konsepnya adalah murah meriah, singkat, dan medan yang ditempuhnya ringan.
Pucuk dicinta, Yuri sepakat dan menyanggupi ide ini. Targetnya tidak lebih dari 10 kendaraan. Destinasinya adalah Kasepuhan Ciptagelar. Pilihan ke Ciptagelar karena dapat dijangkau dalam waktu dekat, ada jalur light off-road, dan punya wisata budaya yang menarik.
Dan jadilah JIP Trip Wisata Off-road.
Karena judulnya Wisata Offroad, yang terlibat peserta tidak saja offroader kawakan. JIP Trip kali ini dengan destinasi pantai Pelabuhan Ratu dan Kasepuhan Ciptagelar, Banten. Memilih trek cross country, sehingga nyaman dan dinikmati oleh semua peserta.
Walau tidak extreme, namun off-roader kawakan pun merasa happy. “Lumayan, itung-itung pemanasan untuk ikut event extreme akhir tahun. Buktinya tadi denger sendiri, masa ada yang pakai 4L enginenya hampir overheat.. hehehe.. apalagi mobilnya tahun muda.. hahaha,” papar Dicky Sulaiman, yang selama perjalanan tak lelah bercanda lewat radio komunikasi dengan Om Binsar.
Bagi anak-anak, JIP trip kali ini membuat mereka takjub dan super happy.
Buktinya lepas jalan aspal Pelabuhan Ratu, selama perjalanan menuju Kasepuhan Ciptagelar semua menikmati perjalanan. Mereka semua membuka kaca mobil lebar-lebar, untuk bisa menikmati alam Indonesia yang indah dan udaranya yang segar.
Tak sampai disitu, saat istirahat untuk makan siang di pinggir sungai. Tanpa dikomando, semua anak-anak langsung berhamburan menuju sungai jernih, yang dalamnya se-betis orang dewasa, “Hore.. wuiiih dingin,” papar Moses, anak dari Binsar, yang tampak paling aktif diantara anak-anak lainnya yang ikut JIP trip.
Namanya anak-anak, jika sudah bertemu “dunianya”, orangtua jadi dibuat sibuk. “Duuuh. Ini bocah. Oke, nanti Mama bawa makannya ke situ ya.
Kamu makannya disuapi. Tapi habisin ya,” papar Rika, tampak kewalahan karena ulah dua anaknya, yang memilih bermain air di sungai dari pada makan.
Karena anak-anak sangat menikmati air sungai yang jernih dan bersih.
Para orang tua termasuk crew majalah JIP sepakat, untuk memberikan kesempatan kepada anak-anak menikmati alam lebih lama lagi. “Gak papa. Kita kan ke sini mau senang-senang, mau liburan.. tenang aja. Nikmati perjalanan. Kapan lagi coba mereka akan ketemu sungai seperti ini?” Papar Teddy yang saat itu tidak megajak serta keluarganya.
Singkat cerita, setelah melewati trek makadam selama kurang lebih 1 jam, dari tempat anak-anak bermain di sungai, rombongan yang berjumlah 10 mobil, terdiri dari mobil Nissan Navara DCab dan Mitsubishi Triton DCab yang dikemudikan oleh awak majalah JIP.
Mitsubishi Pajero hitam milik Yuri, Mitsubishi Pajero Sport putih milik Binsar, Toyota Landcrusier VX hijau milik Dicky, Toyota Hilux DCab putih milik Teddy, Mazda BT DCab putih milik Jaya, Suzuki Escudo hijau milik Denny, Suzuki Vitara putih Ichiro yang kali ini menjadi Kittyro milik Andy, Suzuki Vitara V6 hijau milik Hendra, akhirnya sampai di Kasepuhan Ciptagaler.
Saat mobil rombongan JIP Trip Wisata Off-road memasuki area parkir Imah Gede, rombongan dibuat takjub dengan sambutan warga.
Yang menggelar tarian ucapan selamat datang atau disebut tarian Dogdog Lojor. Sontak ibu-ibu yang ikut serta dalam rombongan, langsung merapat dan ikut menari bersama warga. “Wilujeng… wilujeng sumping para tamu.. ieu kasenian titatar sunda, nu alamna hejo, tumaninah,” papar sang penyanyi melantunkan lagu ucapan selamat datang kepada pada rombongan JIP Trip.
Usai menari bersama di halaman Imah Gede, rombongan pun masuk untuk beristirahat di teras rumah yang terbuat dari kayu. Dengan suguhan kopi hangat, teh hangat, dan kudapan khas Kasepuhan Ciptagelar.
Eits, belum saja kopi habis, rombongan yang sedang asyik berbincang dibuat kaget oleh kedatangan para pemuda, dengan pakaian pangsi yang membawa golok dalam genggamanya.
Tanpa ba bi bu lagi para pendekar yang berjumlah 4 orang, di hadapan rombongan langsung menebas-nebas batang pohon yang mereka bawa untuk menunjukan bahwa golok yang dibawanya itu tajam. Setelah itu mereka langsung mengiris lidah mereka sendiri, tangan mereka, kaki mereka, bahkan leher mereka.
Ya itulah pertunjukan debus disiang bolong yang membuat kami semua sempat bengong beberapa saat.
Malam harinya, setelah makan malam bersama, kami berkesempatan untuk sharing dengan abah Ugi. Beliau adalah ketua adat Kasepuhan Cipragelar. Abah Ugi pun menemani kami berbincang hingga larut malam. Terlihat para peserta sangat antusias bertemu dengan pemimpin Desa Ciptagelar berdarah muda itu.
Base Camp Pantai
Tim JIP Trip sampai jam empat lebih di pantai pelabuhan ratu yang jaraknya tidak jauh dari hotel yang terkenal dengan Nyi Loro Kidul. Sayang, langit sedang tidak bersahabat sore itu, sehingga matahari hilang dibalik awan sebelum tenggelam digaris horizon.
Kesedihan itu hanya untuk fotographer dan pecinta dunia fotografi. Bagi anak-anak lain lagi. mereka langsung main pasir di bibir pantai sambil basah-basahan. Sementara ibu-ibu mereka terus berada disisi mereka dan ikut bermain.
Karena rombongan tiba sudah senja, setibanya di lokasi kemping, tidak banyak hal yang bisa dilakukan selain membangun tenda masing-masing.
Nah, ada cerita lucu menarik di sini. Binsar adalah peserta yang paling cekatan. Begitu sampai camp, dan membentuk formasi, langsung bongkar bagasi untuk mendirikan tenda. Sementara peserta lainnya, memilih asyik ngobrol dan ngopi-ngopi terlebih dahulu.
Walau Binsar yang pertama mendirikan tenda, namun tendanya paling terakhir berdiri dengan sempurna. “Iya nih pegawai saya yang biasanya mendirikan tenda gak bisa ikut, sakit. Jadi begini deh, hahaha…,” cengirnya.
Area camping berada di tengah-tengah parkiran kendaraan para peserta JIP Trip. Saat matahari tenggelam. Semua tenda peserta sudah berdiri sempurna. Formasi tenda dibuat melingkar supaya terjalin keakraban.
“Kita malam ini jangan ada yang masak dulu ya, nyantap seafood dulu,” celetuk Yuri. Tidak terasa bincang-bincang dari sore tadi pun sudah mendekati jam makan malam.
Harum ikan bakar pun sudah tercium, ternyata penduduk setempat ada yang mengantarkan lengkap dengan lalapannya.
Sayangnya kami harus sedikit ngerem untuk menyikat makanan lezat ini. “Ingat, lebih malam lagi masih ada menu daging BBQ loh,” celetuk Yuri.
Namun apa dikata, ternyata suasana dan makanan yang dihidangkan sudah membobol iman para peserta untuk tidak makan banyak. Alhasil, hidangan seafood tadi pun ludes disantap. Daging ntar malam urusan lain lagi. He he he.
Sambil menunggu perut siap terisi kembali, seluruh peserta berkumpul di satu area. Dengan bersantai di atas kursi camping dan velbed yang sudah tergelar. Perbincangan pun hangat hingga malam hari.
Semakin malam, perut sudah keroncongan kembali. Waktunya menyantap steak! Daging sapi wagyu yang sudah disediakan oleh Yuri, jadi hidangan special kedua malam ini. Kembali aroma masakan lezat menyelimuti malam para peserta JIP Trip.
Saking lezatnya daging yang kami santap, tidak terasa beberapa peserta sudah makan dua porsi daging, totalnya bisa jadi sudah 500 gram daging.
Angga salah satu anggota dari tim JIP, yang baru pertama kali ikutan gabung perjalanan, merasa heran dengan suasana camping. “Perasaan kalau lagi di kantor kita jarang makan daging deh, ini giliran lagi camping dari tadi makanannya enak melulu,” cengirnya.
Setelah puas menyantap daging, perut pun sudah terisi penuh kembali, seiring waktu malam pun semakin larut. Waktunya para peserta bisa tidur dengan nikmat setelah menyantap makanan nikmat…