OFFROADINDO - Meletusnya Gunung Merapi menyuguhkan berkah di balik bencana yang terjadi. Tanah yang subur serta wisata off road Merapi akhirnya bisa menghidupi warga sekitar.
Yogyakarta merupakan salah satu destinasi favorit, baik bagi wisatawan domestik maupun wisatawan asing bila berkunjung ke Indonesia. Pada awal November 2010, berbagai aktivitas kepariwisataan di Yogyakarta sempat dihentikan sejenak. Sehubungan dengan letusan gunung merapi yang berdampak hampir di seluruh Yogyakarta, mulai dari dampak kabut asap hingga hujan debu vulkanis.
Dua tahun sudah berlalu, kini meskipun disekitar daerah tersebut tidak ada kehidupan masyarakat pedesaan seperti pertanian dan lain sebagainya, tetapi aktivitas pariwisata masih terus berjalan. Perubahan kondisi alam dari tahun ke tahun pasca letusan menjadi daya tarik wisata tersendiri.
Perjalanan saya menuju Yogyakarta-Merapi dimulai dengan menaiki kereta api Sancaka Sore kelas bisnis dengan harga tiket Rp 75.000 saja. Di Yogyakarta, teman-teman kuliah saya selama di Bandung sudah menunggu. Perjalanan ditempuh dalam lima jam dan, voilla! Saya sampai di Stasiun Tugu Yogyakarta sekitar pukul 20.00 WIB. Keesokan harinya setelah sarapan, kami langsung menuju Kaliurang dengan mobil sewaan, cukup dengan Rp 250.000 untuk 24 jam. Cuaca pagi itu cukup terang, tetapi kami agak ragu cuaca terang tersebut akan bertahan lama karena pada saat itu memang curah hujan sedang tinggi dan diliputi angin kencang.
Sesampainya di central parkir wisata Kaliurang, seseorang mendatangi rombongan kami dan menawarkan wisata off road Merapi. Bagai pucuk dicinta ulam tiba, kamipun setuju dengan penawaran tersebut. Wisata off road Merapi menggunakan jeep dipatok harga Rp 250.000 per jeep untuk 5 orang. Tetapi karena rombongan kami berjumlah 6 orang, maka dikenakan biaya tambahan 1 orang Rp 50.000. Idealnya sih 5 orang dalam satu jeep, tapi karena kami memegang teguh asas kebersamaan, maka jadilah 1 jeep 6 orang. Jeep sudah dilengkapi 1 orang driver yang dapat sekaligus merangkap sebagai fotografer dan juga tour guide.
Tancap gas! Atap mobil jeep yang dibiarkan terbuka membuat kami harus kuat menantang kencangnya angin yang berhembus. Selama perjalanan, driver yang sekaligus merangkap guide menceritakan hal-hal apa saja yang berubah secara signifikan sebelum dan sesudah letusan dari tahun ke tahun. Kami diajak melihat bagaimana kondisi kali tertutup pasir sekitar 2 meter, sehingga jembatan kali kuning hanya terlihat sebagian.
Setelah 15 menit perjalanan sampailah kami di Museum Sisa Hartaku. Salah satu hasil ide kreatif masyarakat Dusun Petung Kepuharjo, yang menata dengan rapi semua sisa hartanya pasca bencana. Sementara warga dusun yang lain sibuk menjual sisa-sisa harta mereka kepada pengepul barang bekas.
Perjalanan dilanjutkan dengan melalui daerah gersang berpasir tebal dan berbatu, yang akhirnya membawa kami ke perhentian selanjutnya yaitu situs Batu Alien di Desa Kinahrejo. Disebut batu alien karena pada batu tersebut tersirat gambar wajah manusia. Menurut warga, bentuk wajah pada batu tersebut terjadi secara alamiah akibat reaksi air, angin dengan material vulkanis pada batu tersebut.
Terakhir, jeep membawa kami menuju Kaliadem, kawasan terdampak letusan Merapi lainnya. Kami disambut hamparan pasir abu-abu, tetapi saat kami berbalik badan, kami disuguhkan pemandangan hamparan pohon dan tumbuhan berwarna hijau. Terbukti bahwa abu vulkanis juga membawa berkah kesuburan tanah. Kabut tebal dan rintik hujan yang mulai turun membuat kami harus segera kembali ke central parkir kawasan wisata Kaliurang yang juga mengakhiri perjalanan wisata Merapi kami kali ini.
ADS HERE !!!